Sampah Meningkatkan Perekonomian Rakyat Kecil

Sampah merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh setiap negara. Di Indonesia permasalahan sampah yang ada saat ini tidak hanya menimbulkan pencemaran lingkungan dan kesehatan, tapi juga permasalahan serius yang berdampak pada perekonomian daerah terutama di musim penghujan. Banyaknya sampah yang menumpuk di sungai dan saluran air mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada sungai/saluran air sehingga air yang ada di sungai/saluran air tidak dapat tertampung lagi dan meluap menggenangi pinggiran sungai/saluran air dan daerah yang rendah lainnya. Jika hal ini terjadi di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, maka tidak dapat dipungkiri akan sering terjadinya banjir di daerah tersebut. Salah satu dampak dari banjir tersebutterendamnya sawah yang mengkibatkan panen/produksi pertanian terganggu. Disamping itu jalur transportasi terputus yang berakibat pada terhambatnya distribusi bahan makanan, yang pada akhirnya menyebabkan membusuknya bahan makanan tersebut sebelum sampai ditujuan. Timbulnya biaya tambahan karena harus mencari jalan alternatif untuk distribusi yang lebih cepat. Produksi pabrik juga dihentikan sementara karena mesin produksi terendam air atau listrik dipadamkan sehingga mesin produksi tidak dapat dijalankan.

Pada tahun 2012 Pemda NTT memberikan bantuan pengelolaan sampah yang diambil dari dana APBD I berupa mesin pencacah sampah organik di 16 Kabupaten/Kota, yaitu Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten TTU, Kabupaten Belu, Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ngada, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Lembata, Kabupaten Rote Ndao, dan Kabupaten Saburaijua. Menurut Kepala Bidang Penataan dan Komunikasi Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTT (Abdurahman Hamid) mesin pencacah sampah tersebut direncanakan untuk kelompok-kelompok bank sampah yang tersebar diseluruh Provinsi NTT.Tujuannya adalah agar sampah organik yang dikelola dapat terkoordinir secara baik dan memiliki nilai ekonomi. Pengadaan mesin pencacah sampah organik ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah beserta Perda Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi NTT. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala seperti terbatasnya sumberdaya manusia dalam teknologi, kurang optimalnya pemeliharaan mesin pencacah sampah serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Hal ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil pengolahan sampah organik masih jauh dari yang diharapkan. Sehinga peran serta masyarakat dalam menanggulangi permasalahan sampah sangat penting untuk terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, dan asri.

Ary Catur Priyanto, pria yang berusia 49 tahun kelahiran semarang ini memiliki perhatian yang sangat tinggi akan lingkungan sekitar. Berawal dari kepedulian beliau akan lemahnya pengelolaan keuangan masyarakat, Ary yang aktif di kumpulan jamaat gereja menuangkan beberapa ide yang dapat meningkatkan perekonomian penduduk sekitar. Salah satu ide yang tertuang didalam pemikirannya adalah sampah.

“Kenapa SAMPAH?”

Sampah banyak kita jumpai dimana saja, apalagi sampah an-organik. Sampah jenis ini banyak ditemukan di Pulau Timor, khususnya di Kota Kupang. Sampah an-organik memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan sampah organik sehingga nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan. Ary yang dulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu kantor pemerintahan Kota Kupang, semasa aktifnya beliau selalu mencari artikel tentang pengelolaan sampah dan mengikuti beberapa workshop dan kajian-kajian mengenai sampah. Pada akhirnya pria yang memiliki latar belakang pendidikan akutansi ini berserta 22 orang kerabatnya yang terdiri dari berbagai kalangan mulai dari PNS, wirausaha, petani, mahasiswa, karyawan swasta, hingga ibu rumah tangga memilih untuk mendirikan sebuah koperasi produsen bank sampah pada tanggal 27 oktober 2013 yang bernama “Bank Sampah Imanuel” (BSI).

Modal awal yang dikeluarkan Ary untuk menjalankan usaha bank sampah ini tidak sedikit. Beliau mengutarakan dana yang dikeluarkan hingga terbentuknya Bank Sampah Imanuel hampir mencapai 1 miliar rupiah. Dana tersebut digunakan untuk membeli 2 mesin pencacah sampah an-organik, 1 mesin pres, dan satu unit bangunan yang digunakan untuk kantor, ruang pertemuan dan pemilahan sampah. Semua dana itu murni dari uang pribadi Ary tanpa adanya campur tangan dari pihak sponsor, perusahaan, maupun pemerintah. Dengan tekad yang kuat untuk membebaskan Kota Kupang dari  permasalahan sampah sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat yang berada dibawah garis kemiskinan Ary merangkul semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi melalui perkumpulan jemaat-jemaat gereja yang ada di Kota Kupang.

Bank sampah yang berlokasi di jalur 40 Fatukoa ini memiliki 17 orang tenaga kerja terdiri dari 12 tenaga kerja pria dan 5 tenaga kerja wanita. Tenaga kerja yang ada di BSI ini berasal dari masyarakat kelas bawah.Ada yang dulunya tidak memiliki pekerjaan ada pula yang dulunya berprofesi sebagai pemulung. Dengan berdirinya bank sampah ini, Ary mengakui banyak keuntungan yang diperoleh dari segi ekonomi. Keuntungan tersebut diantaranya membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang tidak memiliki keterampilan.Para sahabat sampah (sebutan Ary bagi para pemulung) dapat mengelola keuangannya sendiri. Disamping itu masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan juga semakin bertambah.

Dalam pengelolaannya, sampah-sampah yang terkumpul di bank sampahtersebut memiliki 4 tahap dalam prosesnya. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

  • Proses pertama adalah pengumpulan

Sampah-sampah tersebut dikumpulkan dari unit-unitBank Sampah Imanuel (BSI) yang tersebar di Kota Kupang atau langsung dari para nasabah.

  • Proses kedua adalah pemilahan

Dalam proses ini sampah an-anorganik dipilah berdasarkan jenis dan ukurannya.

  • Proses ketiga adalah penghancuran

Sampah yang telah dipilah-pilah tersebut kemudian dihancurkan menggunakan mesin pencacah sampah an-organik. Bagi sampah-sampah yang tidak bisa dihancurkan atau mengurangi nilai ekonominya jika di hancurkan seperti besi, alumunium, kardus, kertas maka dilakukan pengepresan menggunakan mesin pres.

  • Proses terakhir adalah pengiriman

Sampah-sampah yang telah dihancurkan dan dipres tersebut dikirim ke Surabaya menggunakan peti kemas untuk selanjutnya diolah kembali menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Setiap bulan BSI Fatukoa dapat mengirim kurang lebih 70 ton sampah an-organik, dengan rincian 40 ton sampah kertas (termasuk kardus), 21 ton sampah plastik, 5 ton sampah kaca (termasuk botol kaca), dan 2 ton sampah lainnya. Dari hasil pengiriman sampah tersebut, Ary dapat menghasilkan rata-rata 200 juta rupiah per bulan.

Salah satu program strategis dalam pengembangan bank sampah yang dipelopori Ary Catur Priyanto ke depan adalah memproduksi plastik sendiri. Ide memproduksi plastik ini terinspirasi dari banyaknya pengelolaan sampah-sampah plastik yang ada di Surabaya menjadi plastik tali rafia. Beliau mengutarakan bahwa pengelolaan sampah plastik menjadi tali rafia di Surabaya merupakan usaha rumah tangga. Jika ini diterapkan di BSI dia yakin dapat memajukan BSI dengan memproduksi suatu barang sehingga sampah plastik hasil olahannya tadi tidak perlu lagi dikirim ke Surabaya. Program ini belum dapat terlaksana karena terkendala dana untuk membeli mesin produksi plastik.

Ary tidak memungkiri perlunya bantuan dari pemerintah agar dapat menjalankan rencana tersebut.Terkait dengan program pemerintah Provinsi NTT, beberapa bulan yang lalu Ary mendapatkan bantuan mesin pencacah sampah. Hanya saja mesin pecacah sampah ini dikhususkan untuk pengelolaan sampah organik. Hal ini tentu saja kurang tepat dengan kegiatan yang selama ini dilaksanakan oleh BSI. Agar bantuan tersebut dapat dilaksanakan secara optimal serta dapat mendukung program pemerintah dalam penanganan masalah sampah, maka Ary sedang menyusun konsep untuk mengolah sampah organik. Sehingga nantinya pengolahan sampah organik dapat dibuat sistem pengolahan sampah an-organik yang selama ini menjadi andalan BSI.

Kini pak Ary memiliki 6 unit Bank Sampah yang tersebar di Kota Kupang. Keenam unit bank sampah tersebut berlokasi di Jalur 40 Fatukoa, TPA Fatukoa Kota Kupang, Alak-Alak, Oesapa, Oepoi, dan Tofa. Jumlah nasabah yang ada saat ini dari semua unit sebanyak 173 nasabah yang terdiri dari 158 orang masyarakat yang sebagian besar didominasi sebagai pemulung, 8 buah sekolah, 6 buah instansi/kantor, dan 1 buah TPS terpadu.BSI yang dikelolah oleh Ary tidak hanya melayani simpan pinjam saja, mereka juga memiliki devisi kreatif. Devisi ini memberikan penyuluhan tentang sampah hingga mengajarkan ide-ide kreatif kepada masyrakat dalam mengelola sampah an-organik menjadi suatu kerajinan dengan konsep 3R (Recycle, Reduce, Reuse). Hal ini diberikan secara Cuma-cuma guna merubah mind set masyarakat akan sampah.

Top